Vaksin Pfizer Hanya 52 Persen Efektif Setelah 10 Hari Suntikan Pertama, FDA Beberkan Faktanya

11 Desember 2020, 14:10 WIB
Ilustrasi Vaksin Pfizer inc untuk Covid-19. /Antara/

INDOBALINEWS - Dalam rilis dokumen Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika pada 8 Desember 2020,  dinyatakan bahwa Vaksin COVID-19 baru Pfizer mulai melindungi orang dari virus corona baru hanya 10 hari setelah dosis pertama.

Kenyataan tersebut disampaikan setelah adanya penelitian yang dilakukan terhadap 44 ribu orang, dan akan ditentukan apakah FDA akan merekomendasikan otorisasi vaksin Pfizer di AS, seperti dalam laporan Live Science.

FDA menganalisis data dari uji klinis fase 3 Pfizer, yang melibatkan sekitar 44.000 orang di Amerika Serikat, Brasil, Argentina, Jerman, dan Turki, sekitar setengah dari mereka menerima vaksin sementara setengah lainnya menerima plasebo. 

Baca Juga: Jet F-16 AS Jatuh di Michigan Selasa 8 Desember 2020 , Pilot Ditemukan Tewas

Suntikan kedua diberikan kepada orang yang sama, dengan jarak 21 hari.

Hasilnya sekitar 10 hari setelah dosis pertama, ada penurunan nyata dalam kasus COVID-19 baru dalam kelompok vaksin dibandingkan dengan kelompok plasebo.

Ini menunjukkan bahwa bahkan satu dosis vaksin lebih efektif dibanding lasebo, kata laporan itu. 

Baca Juga: Setelah Vaksin Tiba di Indonesia, China Tak layani Permintaan Negara Lain

Namun yang mengejutkan adalah para ilmuwan tidak tahu berapa lama perlindungan dari satu dosis akan bertahan, jadi penting bagi orang untuk menerima dua suntikan, seperti dilansir dari The New York Times.

Secara keseluruhan, vaksin itu 52% efektif setelah dosis pertama dan 95% efektif setelah dosis kedua, kata laporan itu.

Temuan ini adalah salah satu dari beberapa hasil baru yang signifikan yang ditampilkan dalam materi pengarahan, yang mencakup lebih dari 100 halaman analisis data dari agensi dan dari Pfizer. 

Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun, Shopee Hadirkan Stray Kids dan GOT7 dalam TV Show Shopee 12.12 Birthday Sale!

Bulan lalu, Pfizer dan BioNTech mengumumkan bahwa vaksin dua dosis mereka memiliki tingkat kemanjuran 95 persen setelah dua dosis diberikan dengan jarak tiga minggu. 

Vaksin ini bekerja dengan baik terlepas dari ras, berat badan, atau usia sukarelawan. Da tidak ada efek samping yang serius yang disebabkan oleh vaksin seperti sakit, demam dan efek samping lainnya.

“Seperti inilah rapor A + untuk vaksin,” kata Akiko Iwasaki, ahli imunologi di Universitas Yale.

Baca Juga: Disodomi Paksa Berkali-kali, Pelaku Dibunuh dan Dimutilasi oleh Korbannya

Sebelumnya Pfizer dan BioNTech memulai uji klinis skala besar pada Juli, merekrut 44.000 orang di Amerika Serikat, Brasil, dan Argentina. Setengah dari relawan mendapat vaksin, dan setengahnya lagi mendapat plasebo.

Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa dosis kedua dari vaksin Pfizer-BioNTech memberikan dorongan jangka panjang yang besar pada sistem kekebalan, sebuah efek yang terlihat pada banyak vaksin lainnya.

Kemanjuran vaksin setelah dosis pertama adalah sekitar 52 persen, menurut Dr. William C. Gruber, wakil presiden senior Penelitian dan Pengembangan Klinis Vaksin Pfizer. Setelah dosis kedua, itu meningkat menjadi sekitar 95 persen. "Dua dosis vaksin memberikan perlindungan maksimal," ujarnya.

Baca Juga: Mahasiswi Wisuda di Kebun Karena Susahnya Jaringan Internet

Dengan demikian Pfizer maupun FDA menggaris bawahi pentingnya dosis kedua.

Banyak ahli awalnya ragu apakah vaksin Covid-19 tidak merata efektifnya antara setiap orang, tetapi hasil menunjukkan tidak ada masalah seperti itu. 

Vaksin ini memiliki tingkat kemanjuran yang tinggi baik pada pria maupun wanita, serta tingkat kemanjuran yang sama pada orang kulit putih, kulit hitam, dan latin. Ini juga bekerja dengan baik pada orang gemuk, yang memiliki risiko lebih besar terkena Covid-19.

Baca Juga: Rumput Tetangga Lebih Hijau? Kok Bisa, Coba Atasi dengan Cara Ini

Tetapi Pfizer dan BioNTech membuktikan pada orang di atas usia 65 tahun tetap mendapat perlindungan  yang sama dengan orang yang lebih muda, sebagai hasil dari vaksin corona tersebut.

“Saya merasa gemetar membaca ini,” kata Dr. Gregory Poland, seorang peneliti vaksin di Mayo Clinic, merujuk pada respons yang kuat dari vaksin pada orang tua dan obesitas. ***



Editor: Rudolf

Sumber: Nytimes Live Science

Tags

Terkini

Terpopuler