Peringatan Hari Puisi Sedunia 21 Maret: 3 Puisi Cinta Bermakna Dashyat Karya 3 Penyair Fenomenal

21 Maret 2024, 11:43 WIB
Ilustrasi Puisi Cinta. Peringatan Hari Puisi Sedunia 21 Maret /pixabay.com/congerdesign

INDOBALINEWS - Hari Puisi Sedunia atau World Poetry Day diperingati setiap tahun pada tanggal 21 Maret. Hari Puisi Sedunia menjadi salah satu cara dalam mengapresiasi karya-karya para penyair dunia.

Puisi adalah karya sastera ungkapan seseorang yang menggugah perasaan  yang bisa membantu seseorang mengekspresikan emosi dan perasaan yang mungkin sulit diungkapkan dengan kata-kata biasa.

Menulis puisi juga memungkinkan seseorang untuk memproses pengalaman traumatis dan meningkatkan keberanian dan keyakinan diri, meredakan stres dan mengatasi kecemasan.

Baca Juga: Liga 1: PSS Sleman Manfaatkan Jeda FIFA Match Day Matangkan Persiapan Tim Demi Menjauh dari Zona Degradasi

Dilansir dari laman Poetry Fundation dan Unesco disebut World Poetry Day ditetapkan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) pada tanggal 21 Maret. Peringatan ini pertama digelar di Paris, Perancis pada bulan Oktober sampai November 1999.

Penetapan World Poetry Day dilatarbelakangi dengan adanya kebutuhan dan ketertarikan UNESCO terhadap estetika berolah kata. 

Disebutkan juga  bahwa puisi merupakan salah satu ekspresi paling murni dari kebebasan linguistik. Puisi memperkuat perkembangan intelektual, emosional dan psikologis serta bisa membentuk generasi yang berwawasan luas.

Berikut redaksi pilihkan 3 Puisi Cinta yang makna  maha dahsyat yang melegenda yang kerap dibacakan di panggung panggung pentas karya sastera:

Baca Juga: Resmi, Prabowo Gibran Menang Pemilu 2024

1. "Bila Kutitipkan" Karya Pengasuh Ponpes Roudlatul Tholibin, Rembang, KH Mustofa Bisri (Gus Mus)

 

Bila kutitipkan dukaku pada langit
Pastilah langit memanggil mendung

Bila kutitipkan resahku pada angin
Pastilah angin menyeru badai

Bila kutitipkan geramku pada laut
Pastilah laut menggiring gelombang

Bila kutitipkan dendamku pada gunung
Pastilah gunung meluapkan api. Tapi

Kan kusimpan sendiri mendung dukaku
Dalam langit dadaku

Kusimpan sendiri badai resahku
Dalam angin desahku

Kusimpan sendiri gelombang geramku
Dalam laut pahamku

Kusimpan sendiri.

Baca Juga: Keutamaan Baca Alquran di Ramadhan: Link Murottal Alquran 30 Juz, Tanpa Harus Download, Tinggal Play Juz 27

2. "Pada Suatu Hari Nanti” Karya Sapardi Djoko Damono

pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati

pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi

namun di sela-sela huruf sajak ini
kau tak akan letih-letihnya kucari

Pada Suatu Hari Nanti

Baca Juga: Liga 1: Tak Ingin Kehilangan Poin di Lima Laga Sisa, Bali United Tancap Gas Latihan di Tengah Jeda Kompetisi

3.  Love's Last Karya Christian Wiman, Penyair Penulis dan Editor asal Texas

Love's last urgency is earth
and grief is all gravity

and the long fall always
back to earliest hours

that exist nowhere
but in one's brain.

From the hard-packed
pile of old-mown grass,

from boredom, from pain,
a boy's random slash

unlocks a dark ardor
of angry bees

that link the trees
and block his way home.

I like to hold him holding me,
mystery mastering fear,

so young, standing unstung
under what survives of sky.

I learned too late how to live.
Child, teach me how to die.

Baca Juga: Viral Video Cekcok Petugas Avsec dan Pengemudi Jasa Transportasi di Bandara Ngurah Rai, Begini Kronologinya

Terjemahan :

Cinta Terakhir

Urgensi cinta yang terakhir adalah bumi
dan kesedihan adalah gravitasi

dan musim gugur yang panjang selalu
kembali ke jam-jam paling awal

yang tidak ada dimanapun
tapi di otak seseorang.

Dari yang padat
tumpukan remahan rumput tua

dari kebosanan, dari rasa sakit,
tebasan acak seorang anak laki-laki

membuka semangat gelap
lebah yang marah

yang menghubungkan pepohonan
dan menghalangi jalan pulang.

Aku suka memeluknya memelukku,
misteri menguasai rasa takut,

masih sangat muda, berdiri tanpa tersengat
di bawah apa yang bertahan dari langit.

Saya memang telat mempelajari cara untuk hidup.
Nak, ajari aku caranya mati. ***

 

 

Editor: Shira Ade

Sumber: Poetry Foundation

Tags

Terkini

Terpopuler