Konvergensi Pimpinan Pemerintahan, Dinilai Efektif Tekan Stunting

5 Desember 2022, 19:37 WIB
acara pojok jurnalis yang diselenggarakan oleh Forum Jurnalis Lotim (PJLT), di Selong, Senin, 5 Desember 2022. /Habib Indobalinews

 

INDOBALINEWS - Pendekatan intervensi spesifik dan sensitif bagi ibu dan balita yang dilakukan secara terkoordinir dan terpusat (Konvergensi), oleh pimpinan wilayah setempat, sangat efektif untuk menekan angka stunting.

Sinergitas antar pimpinan daerah dan Kepala Desa dan Kelurahan, kata Kepala Dinas Kesehatan Lombok Timur, DR. H. Fathurrahman, SKM.M.AP, menjadi hal yang mutlak.

"Stunting di setiap negara ada, tetapi setiap negara berusaha menekan agar tidak terjadi lonjakan," katanya, dalam acara pojok jurnalis yang diselenggarakan oleh Forum Jurnalis Lotim (PJLT), di Selong, Senin, 5 Desember 2022.

Baca Juga: Pembangunan Rumah Warga Relokasi Gempa Cianjur Dimulai

Stunting ini sendiri, menurutnya, tidak sedikit yang memahami, sehingga cara pencegahan dan penekanan pun, menjadi bingung sendiri. 

Stunting ini, katanya, bukan merupakan suatu penyakit, tetapi hanya persoalan kekurangan gizi.

Baca Juga: Hasil BRI Liga 1: Sensasional, PSIS Semarang Tunjukkan Kelas, Madura United Bertekuk Lutut

Akibat kekurangan gizi ini, kata dia, menyebabkan resiko kesakitan dan kematian, khusus bagi penderita.

"Tetapi yang paling parah, justru otot motorik otak perkembangannya sangat lambat," katanya.

Baca Juga: Link Live Streaming BRI Liga 1: Persita Tangerang vs Bali United, Tayang di Indosiar dan Vidio

Ciri yang lazim bagi penderita stunting, kata dia, panjang badan balita dan anak, biasanya tidak sesuai dengan umur. 

Artinya, sebut Fathurrahman, umumnya tinggi badannya menjadi pendek dan kurus,  disebabkan nutrisi makanan tidak diserap oleh seluruh bagian tubuh.

Baca Juga: Sebanyak 47 Negara Pulau dan Kepulauan Bertemu di Bali

Ciri yang utama pada balita, kata dia, di lihat dari kecenderungan berat badan mengalami penurunan dan tinggi badan tidak normatif sesuai dengan umur yang dimiliki.

Fathurrahman menjelaskan, kalau saja para kader posyandu memperhatikan perkembangan ibu hamil dan berat badan, serta pengukuran tinggi badan balita, tentu akan segera terdeteksi secara dini.

Baca Juga: Keceriaan Anak Anak Perbatasan RI Malaysia 'Belajar Jadi Tentara'

"Kalau saja setiap kader posyandu jeli, tentu tidak akan ada lagi stunting di tengah masyarakat," katanya.

Dari data yang ada, sebutnya, Lombok Timur sendiri, memiliki angka stunting pada tahun 2018 sebanyak 26,45 persen. Tetapi sampai Oktober 2022, mengalami penurunan sampai 17,03 persen.

Baca Juga: Wayan Ditemukan Gantung Diri di Pohon Belakang Rumah, Sang Anak Sempat Memberikan Minum

Penurunan angka stunting ini, katanya, sangat tergantung dari komitmen pimpinan daerah dan Kepala Desa, untuk bersama mengatasinya, terutama terkait anggaran. 

"Artinya, pimpinan daerah dan Kepala Desa, memiliki regulasi yang jelas," katanya. ***

 

 

 

Editor: Shira Ade

Tags

Terkini

Terpopuler