Semoga Kasus Tegar Sinar Ramadhan Tak Terulang: Ini Langkah Pertama Pencegahan Bunuh Diri

- 10 Oktober 2022, 17:30 WIB
Ilustrasi kasus bunuh diri yang ditangani kepolisian.
Ilustrasi kasus bunuh diri yang ditangani kepolisian. //Pixabay.com/ValynPi14

INDOBALINEWS - Peristiwa bunuh diri mahasiswa UGM, Tegar Sinar Ramadhan beberapa hari belakangan tengah jadi trending topik dan viral di medsos.

Disinyalir pemuda yang belum genap 18 tahun usianya ini nekat lompat dari hotel lantai 11 ini karena depresi. 

Tentu semua miris mengetahuinya, sebab tak semua sadar apakah anak, saudara, teman atau seseorang yang kita kenal lainnya punya kecenderungan untuk nekat bunuh diri.

Baca Juga: Cuaca Ekstrim Akibatkan Banjir dan Tanah Longsor di Bali, Ini Rincian Selama 3 Hari

Jika kita menempatkan diri, berempati dengan orang-orang terdekat Tegar temasuk keluarga intinya, tentu ingin waktu diulang agar bisa mencegah kejadian tersebut.

Tapi setidaknya semua orang lagi lagi bisa mengambil hikmah dan pelajaran berharga atas kasus ini terutama berupaya untuk mencegah kejadian serupa.

Seperti yang dikatakan oleh Psikolog Klinis lulusan Universitas Gadjah Mada Zahrah Nabila Putri,  mengasah kepekaan dan kepedulian dengan sesama di sekitar menjadi upaya pertama dan penting dalam pencegahan bunuh diri.

Baca Juga: Liga 1: Bali United Tetap Gelar Latihan Meski Belum Ada Kepastian Kelanjutan Kompetisi

"Dukungan dari teman sekelas, keluarga, kampus, itu penting, bisa dilakukan sebagai upaya reach out pertama (pencegahan bunuh diri)," kata Zahrah Senin 10 Oktober 2022 seperti dilansir dari Antara.

Zahra juga mengatakan khusus mahasiswa baru, perlu adaptasi dari online ke offline, adaptasi lingkungan baru dan sebagainya.

Menurut Zahrah, kelompok yang bisa dibilang rentan untuk mengalami gangguan kecemasan, depresi, hingga akhirnya mengarah ke upaya bunuh diri adalah mahasiswa baru yang baru saja mengalami masa transisi dari sekolah ke bangku kuliah.

Baca Juga: Tegar Sinar Ramadhan Mahasiswa UGM Program IUP, Uang Kuliahnya per Semester Capai Rp45 Juta

Lingkungan yang ia tinggali sekarang berbeda, pertemanan yang jauh lebih beragam, dan adaptasi lainnya yang mungkin dapat membuat diri sendiri menjadi kewalahan.

Untuk itu, lanjut Zahrah, kehadiran masing-masing individu diperlukan untuk satu sama lain, agar tidak merasa sendiri dan menggugah pikiran negatif.

Ini menjadi reminder ke semua orang bahwa ada basic needs kita sebagai manusia. Sesederhana merespons obrolan di chat, baik di group chat maupun personal.

Baca Juga: Mahasiswa UGM, Tegar Sinar Ramadhan Nekat Lompat dari Hotel di Bulan Kelahirannya

Ada yang merasa insecure karena ia tidak pernah direspons, membuat dia merasa sendiri. Kita harus menyadari ada hal-hal sederhana seperti itu yang sudah meaningful untuk orang lain.

"Bahwa kita perlu needs untuk terkoneksi, memiliki dukungan, tema-tema seperti itu perlu untuk dihadirkan agar semua bisa bersuara dan membangun trust, dan koneksi aman di dalam pertemanan. Support pertama adalah kita yang berada di sekitar," imbuhnya.

Lebih lanjut, Zahrah juga menyarankan bagi mereka yang memiliki kesulitan dan merasa tidak mampu menghadapinya sendiri, untuk mencoba mencari bantuan ke profesional seperti psikolog.

Baca Juga: Training di Brisbane Roar, Pemain Muda Persija Jakarta Ungkap Perbedaan Pemain Luar dengan Pemain Indonesia

Ia mengatakan, perlu kesadaran dari dalam diri juga untuk mau mengakui bahwa diri sendiri membutuhkan bantuan lebih lanjut.

"Informasi sangat luas. Kita memiliki banyak 'pendekatan' profesional yang seperti apa, yang dirasa cocok dengan kondisi saat ini. Perlu terbuka dengan media terapi lainnya, yang bisa diakses dari rekan-rekan terdekat, hingga platform dengan berbagai layanan online maupun offline, yang bisa disesuaikan dengan budget," kata Zahrah.

Baca Juga: Ini Isi Surat Dalam Tas Tegar Sinar Ramadhan, Mahasiswa UGM Yang Nekat Lompat dari Hotel

"Yang terpenting, jangan sampai kehilangan harapan. Lakukan hal yang dirasa cocok, seiring dengan adanya keinginan untuk pulih. Jika merasa stuck, jeda pun tidak apa-apa. Mungkin itu waktunya untuk kontemplasi, dan itu juga membutuhkan waktu, fasilitasi untuk mengasah aspek emosi, fisik, dan pikiran," tambah dia. ***

Editor: Shira Ade

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x