Konsep One Health: Menjaga Hubungan Kesehatan Manusia, Binatang dan Lingkungan Berdampingan dengan Baik

- 1 Desember 2022, 23:59 WIB
Prof Tjandra Yoga Aditama, Guru Besar FKUI nara sumber Media Workshop Nasional dengan tema “Menerapkan pendekatan One Health/Satu Kesehatan dalam Reportase Isu Kesehatan dan Pembangunan, secara virtual, Kamis 1 Desember 2022.
Prof Tjandra Yoga Aditama, Guru Besar FKUI nara sumber Media Workshop Nasional dengan tema “Menerapkan pendekatan One Health/Satu Kesehatan dalam Reportase Isu Kesehatan dan Pembangunan, secara virtual, Kamis 1 Desember 2022. /Shira Screenshot Zoom

 

INDOBALINEWS - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonedia Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan kesehatan manusia bersambungan dengan kesehatan binatang dan lingkungan.

Dikatakannya lagi kesehatan manusia dan binatang harusnya bersambungan karena 75 hingga 80 persen penyakit yang baru muncul itu berhubungan dengan binatang. 

"Hubungan manusia dan binatang semakin hari bisa dibilang semakin dekatnya sehinga meminculkan potensi penularan dari binatang kepada manusia," uhar Prof Tjandra dalam Media Workshop Nasional dengan tema “Menerapkan pendekatan One Health/Satu Kesehatan dalam Reportase Isu Kesehatan dan Pembangunan, secara virtual, Kamis 1 Desember 2022.

Baca Juga: Bima Arya: APCAT Semakin Jadi Mitra Strategis bagi Kemenkes

Lebih lanjut dikatakannya namun begitu kita mampu mengendalikan hal-hal ini dengan cara-cara yang baik agar dampak penyakit yang diakibatkan karena hal itu tak merugikan manusia.

"Konsep pendekatan One Health adalah menghubungkan antara kesehatan dengan kesehatan binatang dan kesehatan lingkungan.  Karena ketiganya saling berhubungan satu sama lain," imbuhnya.

Baca Juga: Dari Ajang The 1st APCAT TFYLF di Bali: Peran Pemuda Lindungi Anak Indonesia dari Bahaya Rokok

Seperti yang digaungkan okeh World Health Organization (WHO) dan organisasi-organisasi PBB lainnya  bahwa Kesehatan manusia berkaitan erat dengan kesehatan hewan karena hidup berdampingan dalam satu lingkungan.

Sementara itu nara sumber lainnya mengangkat persoalan Tuberculosis di Indonesia.

Indonesia telah berkomitmen untuk memenuhi target 3.3 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) untuk menghilangkan dan mengakhiri epidemi AIDS, TBC, Malaria, penyakit tropis terabaikan, hepatitis, penyakit yang ditularkan melalui air, dan penyakit menular lainnya.

Sedangkan untuk TB (Tuberculosis) Indonesia telah menetapkan tujuan untuk menghilangkan TB pada tahun 2030 dan memiliki visi besar untuk bebas TB pada tahun 2050.

Baca Juga: Ratusan Guru Honorer Gedor DPRD Lotim, Perjuangkan Kejelasan Nasib

Hal itu dikatakan oleh Dokter spesialis paru dari Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K),

“Indonesia perlu bekerja keras. Ini bukan bisnis seperti biasa. Memberantas TB dan Memerangi TB Kebal Obat membutuhkan Aksi Multisektoral Bersatu,” jelas  Erlina.

Ia memaparkan, untuk mencapai target itu, Indonesia perlu vaksin baru. Kemudian, Obat Baru khusus untuk Infeksi TB Laten. 

Baca Juga: Techno: Intip Spesifikasi dan Keunggulan Xiaomi Redmi Note 3

Selain itu,  Teknologi Diagnostik Baru dan Regimen obat dan obat baru.

Dikatakannya juga, perlu tindakan kolaboratif yang melibatkan multisektor dan sangat dibutuhkan, termasuk peran media.

"Ini adalah strategi utama bagi Indonesia untuk menghilangkan TB pada tahun 2030. Dengan kolaborasi, inovasi, intervensi, dan implementasi,” kata Erlina.

Sesuai data WHO Global Tuberculosis Report 2022, Indonesia merupakan negara terbesar kedua di dunia dengan kasus  tuberkulosis (TB)  dan mencapai 969.000 kasus atau 9,2 persen TB Global pada tahun 2021.

Baca Juga: Ilija Spasojevic Gabung Timnas Indonesia, Pelatih Bali United Doakan Bisa Jadi Ujung Tombak Skuad Garuda

Kinerja Indonesia dalam penanganan kasus TB tetap stagnan dalam tiga tahun terakhir.

“Pada tahun 2021, Indonesia menyumbang 13 persen kasus TB Global kedua setelah India dengan 24 persen kasus pada tahun yang sama. Angka Kematian TB juga meningkat secara signifikan dalam tiga tahun terakhir dengan 144.000 kematian akibat TB pada tahun 2021,” paparnya.

Ia menyatakan sangat ironis pada tahun 2021, sekitar 8.268 pasien didiagnosis TB.

Dalam masalah ini Ia menilai, layanan pengobatan TB tetap tidak memadai untuk mengobati kasus baik untuk orang yang sudah memulai pengobatan maupun yang belum memulai pengobatan.

Baca Juga: Miris, Terlilit Hutang Pinjol, Karyawan Garmen Nekat Maling Motor

“Poin penting lainnya adalah meningkatkan pendanaan untuk program pemberantasan TB,” tambahnya.

Indonesia telah membentuk kekuatan bersama bernama KOPI TB.

Yang menghimpun sejumlah organisasi profesi yang berkomitmen untuk memberantas TB di tingkat nasional, provinsi, regional, dan lokal melalui PPM TBC.

Baca Juga: 'Road To Now Playing Festival 2023’ Sukses Digelar Di The Nusa Dua Bali

Media Workshop ini diselenggarakan oleh the Asia Pacific Media Alliance for Health and Development (APCAT Media), bersama dengan Asia Pacific Cities Alliance for Health and Development (APCAT) ,  Universitas Udayana , the Indonesian Health Professional Association (IAKMI), dan Consortium for Press Freedom Indonesia. ***

 

Editor: Shira Ade


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x