World Purple Day: Siloam Hospital Bali Beri Harapan Penderita Epilepsi untuk Kualitas Hidup yang Lebih Baik

- 29 Maret 2024, 19:44 WIB
Keluarga 2 pasien dan tim dokter Siloam Hospital Bali dalam acara World Purple Day, Hari Epilepsi Internasional 26 Maret 2024.
Keluarga 2 pasien dan tim dokter Siloam Hospital Bali dalam acara World Purple Day, Hari Epilepsi Internasional 26 Maret 2024. /Shira Indobalinews

Kendati begitu, dr. I Gusti Ayu Made Riantarini, Sp.N dalam kesempatan itu mengatakan, timnya memiliki standar tersendiri yang di atas standar ideal untuk bisa menetapkan pasien sudah sembuh jika tidak lagi kejang selama 5 tahun. 

Dalam kesempatan itu dr. Riantarini juga mengungkapkan bahwa pada momentum Purple Day atau Hari Epilepsi International 26 Maret kemarin, Siloam Hospitals Bali kembali mengingatkan akan pentingnya masyarakat lebih mengenal penanganan epilepsi dan tidak memberikan stigma buruk bagi penderitanya.

Pada kegiatan media gathering atau temu media se Bali, dr. I Gusti Ayu Made Riantarini, Sp.N., menuturkan betapa bermanfaatnya jika penanganan epilepsi diketahui secara luas.

"Karena dengan lebih mengenal Epilepsi , tentu akan turut mendorong keluarga penderita lebih terbuka terhadap penanganan yang lebih tepat", tutur dokter Gusti Ayu Made Riantarini, Sp.N, yang saat ini aktif menangani pasien Epilepsi di RSU Siloam Bali.

Baca Juga: Bursa Transfer Pemain Liga 1: David da Silva Berpeluang Out dari Persib Bandung, Dua Klub Ini Siap Tampung

Adapun kegiatan Purple Day merupakan bagian dari kampanye internasional sejak 26 Maret 2008 di Kanada yang kemudian diikuti 85 negara.

Dalam kegaitan temu media itu juga disampaikan edukasi agar masyarakat tidak mempercayai Mitos dan tidak memberikan stigma buruk terhadap penderita epilepsi

" Harapannya agar memberi manfaat terhadap komunitas dan kualitas hidup pasien semakin lebih baik", sambut dr. Gusti Ayu Made Riantarini,SpN

Apa itu Epilepsi?
Epilepsi merupakan keadaan dimana aktivitas sel saraf di otak terganggu, yang menyebabkan munculnya bangkitan kejang. Gangguan pada sel listrik di otak yang berlebihan ini dapat menimbulkan serangan berulang /perubahan tingkah laku yang bersifat sementara

Menurut Dokter Spesialis Saraf, I Gusti Ayu Made Riantini, epilepsi dapat terjadi sebagai akibat dari kelainan genetik atau cedera otak yang dialami, seperti trauma atau stroke. Faktor resiko lainnya antara lain usia, genetik, cedera kepala, kejadian kejang demam , autoimun dan tumor otak.

Halaman:

Editor: Shira Ade


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x