Ini Asal Usul Hari Raya Nyepi, Hari Untuk Mengoreksi Diri

- 13 Maret 2021, 18:03 WIB
Suasana Hari Raya Nyepi di Bali.
Suasana Hari Raya Nyepi di Bali. /Instagram/@liburanbali

INDOBALINEWS - Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1943, Minggu 14 Maret 2021. Hari Raya Nyepi merupakan salah satu hari suci umat Hindu.

Selain perayaan Tahun Baru Saka, Hari Raya Nyepi merupakan momentum untuk menyatu dengan Brahman guna mencapai moksa, momentum mengoreksi diri.

Nyepi sendiri berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan atau kalender Saka, yang dimulai sejak tahun 79 Masehi.

Baca Juga: Survei IndEX Research: Elektabilitas PDIP Menurun, Partai Demokrat Melejit

Baca Juga: Virus Corona Varian Baru P1 Sudah Terdeteksi di Filipina

Tahun Saka berasal dari India yang dibawa ke Indonesia oleh seorang Pendeta bangsa Saka dari Gujarat, yang bernama Aji Saka. Menurut sejarah, Aji Saka mendarat di Rembang, Jawa Tengah antara tahun 4, 5 atau 6 Masehi.

Bersamaan dengan kalender Saka yang dibawa oleh sang Pendeta, ia juga mengembangkan ajaran Hindu di Indonesia.

Pada zaman Raja Kaniskha ke-1 dari Dinasti Kusana suku bangsa Yuchi tahun 79 Masehi, disahkanlah kalender Saka sebagai kalender kerajaan dan dimulainya tahun Saka.

Tahun Baru Saka di Bali dilakukan dengan menyepi pada kegiatan fisik, namun tidak dengan kegiatan rohaninya. Tidak ada aktivitas seperti biasa saat Hari Raya Nyepi, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.

Baca Juga: Kisruh Internal Partai Demokrat, Giliran AHY Dilaporkan ke Bareskrim Polri

Baca Juga: Lagi-Lagi Miras Oplosan Membawa Maut, 3 Mahasiswa Meregang Nyawa

Bagi umat Hindu, Tahun Baru Saka atau Hari Suci Nyepi mengandung makna mendalam sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari toleransi, hari kebersamaan, hari kedamaian, dan hari kerukunan nasional.

Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/ microcosmos) dan Bhuana Agung (alam semesta/ macrocosmos).

Karena itu, ada empat aturan (Catur Brata Penyepian) yang harus ditaati oleh umat Hindu saat Hari Raya Nyepi tiba:

1. Amati Geni

Aturan ini bersifat larangan. Semua umat Hindu yang merayakan Nyepi dilarang menyalakan api, cahaya, dan listrik, atau menunjukkan sifat amarah seperti nyala api.

Baca Juga: Tari Kecak, Sejarah Singkat Hingga Pesan Moralnya

2. Amati Lelanguan

Amati Lelanguan merupakan larangan bagi siapa pun untuk melakukan kegiatan foya-foya atau bersenang ria secara berlebihan.

3. Amati Lelungan

Amati Lelungan merupakan larangan bagi siapa pun untuk bepergian, hanya berdiam diri sambil merenungkan semua tindakan yang sudah dilakukan.

4. Amati Karya

Aturan wajib saat Nyepi berikutnya adalah Amati Karya yang berarti tidak boleh bekerja selama perayaan Nyepi.

Biasanya, aturan ini diikuti dengan berpuasa penuh selama Hari Raya Nyepi yakni dimulai dari matahari terbit jam 6 pagi sampai matahari terbit kembali di hari esok (24 jam).

Baca Juga: Ini Jejak Sejarah Tari Pendet yang Telah Mendunia

Selain itu, umat Hindu juga wajib melakukan beberapa hal, antara lain Tapa yakni latihan ketahanan menderita; Brata yakni menahan hawa nafsu; Yoga yakni menghubungkan jiwa dengan Tuhan; dan Samadi adalah mendekatkan diri kepada Tuhan yang tujuan akhirnya adalah kesucian lahir batin.

Hal tersebut dilakukan untuk mengoreksi diri, melepaskan sesuatu yang tidak baik dan memulai hidup suci, hening, menuju jalan yang benar di tahun yang baru.***

Editor: M Susanto Edison


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x