Selain belajar gaya klasik wayang pada lukisan Bali di Kamasan, Klungkung, Made Wianta
juga memperdalam kemampuan melukisnya di Brussels, Belgia pada sekitar tahun 1970-an.
Baca Juga: 3 ABK Loncat ke Laut Dini Hari, Seorang Selamat 2 Masih Hilang, Motif Belum Diketahui
“Sudakara merasa terhormat dapat memamerkan karya seni dari Alm. Bapak Made Wianta, karya-karya beliau diakui di dunia Internasional. Gaya lukis beliau selalu berkembang, dan bisa diterima oleh berbagai kalangan usia. Beliau adalah sebuah inspirasi yang bisa melintas generasi—kalau dalam istilah lokal, mungkin bisa disebut ‘moksha’. Karyakaryanya masih terasa relevan hingga hari ini," kata Ricky Putra, COO of Sudamala Resort.
Budayawan asal Bali, Putu Suasta menyebut Wianta sebagai sosok seniman tradisional kontemporer yang luar biasa. Menurut Suasta, kiprah Wianta dalam seni rupa telah menjadi sebuah gerakan kebudayaan.
"(Melalui karya) Dia itu mampu menerobos ruang dan waktu. Luar biasa. Karyanya bukan hanya sekedar lukisan, tapi ini merupakan gerakan kebudayaan yang hebat," kata Suasta.
Baca Juga: Cek Fakta: Viral di Medsos Bule Jadi Tour Guide di Tanah Lot Bali
Suasta mengaku mengenal Wianta sebagai sosok seniman yang dermawan semasa hidupnya. Ia mengingat Wianta sempat menyumbangkan sekitar 40 lukisannya untuk menanggulangi AIDS di Indonesia. Ketika itu, Wianta mengikuti pameran di Amerika sekitar tahun 1993.
"Jadi, kira-kira sekitar Rp 2 miliar hingga Rp 3 miliar lukisannya laku dan semuanya disumbangkan," ungkap Suasta. ***