Cegah Penyakit yang Berpotensi KLB PMI Adaptasi Panduan Pengendalian Zika, Dengue dan Chikungunya

- 22 September 2022, 07:01 WIB
Lokakarya Adaptasi Panduan Pengendalian Zika, Dengue dan Chikunguya pada tanggal 20-24 September 2022 di B Hotel, Denpasar.
Lokakarya Adaptasi Panduan Pengendalian Zika, Dengue dan Chikunguya pada tanggal 20-24 September 2022 di B Hotel, Denpasar. /Dok Vidi

 

INDOBALINEWS - PMI menggekar Lokakarya Adaptasi Panduan Pengendalian Zika, Dengue dan Chikunguya pada tanggal 20-24 September 2022 di B Hotel, Denpasar.

Kegiatan melibatkan PMI Pusat, Jambi, Bali, Bogor, Tabanan, Pandeglang dan PMI Kabupaten Boyolali dengan total 25 orang peserta. 

Dewi Arriyani, Koordinator kegiatan mengatakan tujuan dilaksanakan kegiatan ini antara lain untuk melakukan pemutakhiran perangkat penyakit tular vector khususnya Dengue, Chikungunya dan Zika dari adaptasi pedoman pengendalian Zika, DBD, dan Chikungunya IFRC dan harmonisasi pesan dengan panduan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia dapat tercapai.

Baca Juga: Jalan Tol Bali-Mandara Jadi Pilot Project Penggunaan PLTS

“Selain itu tersusunnya draft pengembangan Media KIE pengendalian penyakit zika, DBD, dan Chikungunya serta pelaksanaan Review evaluasi efektifitas pelaksanaan Pelatihan Pengendalian KLB-Surveilans Berbasis Masyarakat (SatuSBM)” ujar Dewi dalam sambutan yang disampaikan dalam acara pembukaan Selasa 20 September 2022.

Dalam kesempatan yang sama Pengurus PMI Provinsi Bali IGM Arya Wisnu Mataram menyampaikan ucapan terima kasih dan kepercayaan PMI Pusat menjadikan PMI Bali sebagai tuan rumah pelaksanaan kegiatan.

Baca Juga: USDA Travel Show: Cicipi Kelezatan Paduan Kuliner Indonesia dengan Bahan Bahan dari AS

“Harapannya semoga kegiatan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan dilaksanakannya kegiatan” imbuhnya sebelum membuka secara resmi Kegiatan Lokakarya Adaptasi Panduan Pengendalian Zika, Dengue dan Chikungunya.

Dalam pertemuan tersebut terangkat ke permukaan bahwa penyakit tular vektor hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia.

Dengan angka kesakitan dan kematian tinggi dan berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) ataupun wabah.

Baca Juga: Kisaran Harga Bahan Pokok di Pasar Badung Bali di Bawah Rata Rata Harga di Pulau Jawa

Vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan dan/atau menjadi sumber penular penyakit terhadap manusia baik secara mekanis maupun secara biologis.

Penyakit tular vektor merupakan penyakit yang penting dan sering kali bersifat endemis maupun epidemis dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian (Permenkes RI, No. 50 Tahun 2017).

Nyamuk merupakan binatang yang hidup berdampingan dengan manusia dan dapat berperan sebagai vektor penyakit.

Baca Juga: Presiden Jokowi: Pemerintah Tak Hapus Pelanggan Listrik 450 VA, Jangan Sampai Masyarakat Resah

Indonesia merupakan negara tropis yang menduduki puncak negara yang berisiko terhadap penyakit menular vektor nyamuk.

Setiap tahun di Indonesia masih terjadi kasus penderita penyakit yang ditularkan oleh nyamuk seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), Malaria, Zika, dan Chikungunya.

Penyakit DBD merupakan penyakit tular vektor di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat setiap tahunnya.

Di Indonesia penyakit ini pertama kali ditemukan dan dilaporkan terjadi di Surabaya dan Jakarta pada tahun 1968 dengan jumlah kematian sebanyak 24 orang.

Baca Juga: BRI Liga 1: PSIS Semarang Dikabarkan Segera Umumkan Pelatih Baru, Robert Alberts Kandidat Kuat

Kemudian jumlah kasus terus bertambah seiring dengan semakin meluasnya daerah endemis DBD dimana pada tahun 2011 penyakit ini telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia (34 provinsi dan 400 Kabupaten/Kota). 

Sampai Juni 2022 kasus DBD dilaporkan sebanyak 45.387 dengan kematian sebayak 162 kasus.

Sedangkan Indonesia sendiri pernah mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit chikungunya pada saat pertama kali dilaporkan pada tahun 1973 di Samarinda, Kalimantan Timur dan Jakarta.

Baca Juga: Dua WNA Rusia Adu Jotos, Ini Kata Kakanwil Kemenkumham Bali

Sejak pertama kali ditemukan hingga 2010, penyakit chikungunya sudah menyebar di 21 provinsi.

KLB Chikungunya sering terjadi pada awal dan akhir musim hujan dan penyakit ini lebih sering terjadi di daerah sub urban.

Pada tahun 2019, penyakit chikungunya dilaporkan sebanyak 5.043 kasus dengan provinsi terbanyak yaitu Jawa Barat, Lampung, dan Gorontalo.

Baca Juga: Cara Baru Memasak Tanpa Api, Percontohan di Bali dan Surakarta

Indonesia merupakan negara yang mempunyai iklim tropis karena terletak di garis khatulistiwa, hal ini menyebabkan Indonesia memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Pada saat memasuki musim penghujan di setiap tahunnya, Palang Merah Indonesia (PMI) selalu memberikan arahan kepada PMI di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk dapat melakukan aksi kesiapsiagaan Penyakit Tular Vektor seperti DBD dengan melibatkan masyarakat secara aktif untuk dapat melakukan tindakan preventif, seperti promosi kesehatan dengan metode kunjungan rumah maupun sesi berkelompok. 

 Baca Juga: Luar Biasa, 203 Kg Sabu dan 404.491 Butir Ekstasi dalam 4 Hari Disita Polda Riau

PMI telah memiliki panduan dan tools Pengendalian Kejadian KLB yang didalamnya termasuk penyakit-penyakit yang ditularkan oleh Vektor. ***

 

Editor: Shira Ade


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x