3 Varian Baru Virus Corona di Eropa Mengkhawatirkan Akibatkan RS di Jerman Dikarantina

- 24 Januari 2021, 11:29 WIB
Ilustrasi virus corona atau Covid-19 varian baru.
Ilustrasi virus corona atau Covid-19 varian baru. //Pixabay//Syaibatulhamdi

INDOBALINEWS - Menyusul pengumuman dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) akan adanya tiga varian mutan virus corona beberapa hari lalu, sebuah rumah sakit (RS) di Jerman dikarantina setelah diketahui kemasukan virus varian baru.

Baca Juga: Letjen Doni Monardo Positif Covid-19, Isolasi Mandiri Sambil Pantau Penanganan Bencana

Penutupan Rumah Sakit Humboldt di Berlin ini diumumkan oleh otoritas setempat pada Sabtu 23 Januari 2021. Bahkan otoritas setempat mengatakan jumlah orang yang terinveksi virus varian baru B117 ini beberapa hari kedepan diprediksi akan terus bertambah.

Keputusan karantina itu menandakan bahwa RS Humboldt di ibu kota Jerman itu tidak akan menerima pasien baru.

Baca Juga: Mia Pramugari Sriwijaya Air Dimakamkan Beserta 4 Baju Kesayangannya

"Kasus darurat dan pasien baru akan dialihkan ke rumah sakit lain. Dan jumlah orang di RS Humboldt yang terinfeksi varian sangat menular,= B117 kemungkinan terus bertambah dalam beberapa hari ke depan," ujar juru bicara Vivantes,layanan rumah sakit umum, kepada Reuters  Sabtu 23 Januari 2021 yang dikutip indobalinews.com dari Antaranews.com.

Baca Juga: Hyun Bin Syuting Lagi Jadi Detektif di Sekuel Film 'Confidential Assignment 2'

Otoritas kesehatan Jerman memberlakukan karantina terhadap Rumah Sakit Humboldt di Berlin setelah 20 pasien dan anggota staf terbukti mengidap varian COVID-19 sangat menular yang ditemukan di Inggris dan menyebar cepat ke seluruh dunia.

Seperti yang sudah dijelaskan oleh ECDC bahwa tiga varian mutan virus corona yang muncul di Inggris, Afrika Selatan, dan Brazil menimbulkan risiko yang sangat tinggi di Eropa.

Baca Juga: Waspada Peningkatan Multi Risiko Bencana Januari - Maret 2021

 

Badan pengawas penyakit Eropa itu memperingatkan bahwa ketiga varian akan menyebabkan lebih banyak infeksi, pasien rawat inap, serta kematian COVID-19.

Varian-varian tersebut, yang mencakup mutasi atau perubahan pada bagian-bagian virus corona penyebab COVID-19 yang menurut para ahli menjadikannya lebih menular, terdeteksi di banyak negara di Eropa dan sepertinya akan terus bertambah, menurut penilaian risiko ECDC.

Baca Juga: Pembunuh WNA Slovakia di Bali Ternyata Mantan Pacar Yang Marah Diusir Pakai Sapu

"Kami saat ini menyaksikan situasi epidemiologi yang memburuk di sejumlah daerah, di mana varian virus SARS-CoV-2 yang mudah menular menjadi terbukti," kata Direktur ECDC Andrea Ammon melalui siaran persnya.

Ditambahkannya peningkatan jumlah infeksi akan menyebabkan tingkat pasien rawat inap dan kematian di segala kelompok usia lebih tinggi.

Penilaian itu menyebutkan bahwa negara-negara anggota Uni Eropa "sebaiknya mempersiapkan sistem perawatan kesehatan mereka mengantisipasi lonjakan permintaan (layanan, red)."

Baca Juga: 2 Bule Amerika Dideportasi Salahgunakan Visa Kunjungan, Sebut Bali Ramah LGBT

Inggris dan sejumlah negara Uni Eropa telah menutup atau sedang mempertimbangkan menutup perbatasan dengan negara-negara lain dalam upaya membatasi penyebaran varian COVID-19 yang lebih menular.

Namun, Komisi Eropa berpendapat bahwa penutupan semacam itu dapat membahayakan pasar tunggal Uni Eropa.

Baca Juga: Kisah Viral Pasangan Dokter Sultan, Punya 25 ART Salah Satunya Khusus Beli Galon

ECDC mengimbau perjalanan nonesensial tidak dilakukan dan mendesak pemerintah Eropa agar mempercepat laju vaksinasi COVID-19 pada kelompok-kelompok berisiko tinggi, seperti kaum lansia dan petugas medis.

Ammon menambahkan bahwa perpaduan penjagaan jarak fisik, peningkatan pengawasan, kelanjutan pengambilan sampel, pelacakan kontak yang ketat serta karantina juga diperlukan agar pencegahan penyebaran varian baru COVID-19 efektif.(***)

Editor: Shira Ade

Sumber: Reuters Antaranews.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x