Imlek Selalu Diawali 'Hujan Rejeki', Ini Penjelasan Ilmiahnya

- 12 Februari 2021, 08:07 WIB
Ilustrasi amplop merah atau angpau saat perayaan tahun baru Imlek 2021.
Ilustrasi amplop merah atau angpau saat perayaan tahun baru Imlek 2021. /Chinese New Year

INDOBALINEWS - Hari ini Jumat 12 Februari 2021, warga Tionghoa maupun warga di seluruh dunia berdarah Cina atau Tionghoa memperingati Tahun Baru Imlek.

Tahun Baru Cina mengikuti kalender lunar, 12 siklus penuh bulan. Kira-kira 354 hari yang berbeda dengan kalender matahari.

Sementara di kalender matahari waktu yang dibutuhkan Bumi untuk mengorbit matahari, kira-kira 365 hari.

Baca Juga: Bule Inggris David James Taylor, Pembunuh Polisi Bali Bebas dan Dideportasi Hari Ini

Hal ini berarti Tahun Baru Imlek jatuh pada tanggal yang berbeda pada kalender matahari setiap tahunnya.

Setiap Tahun Baru Cina diberi salah satu dari 12 tanda zodiak atau shio. Tahun Imlek 2021 adalah Tahun Kerbau yang dimulai dari 12 Februari 2021- 31 Januari 2022.

Baca Juga: Cek Poin-Poin Penting Selamatkan Pariwisata Bali Yang Dibicarakan Sandiaga Uno-Gubernur Bali

Meski selalu berbeda tanggal di tiap tahunnya, tapi banyak tradisi Tahun Baru Imlek yang selalu sama dirayakan yang mewarnai Tahun Baru Imlek. Contohnya kehadiran barongsai, nuansa warna merah pada pernak pernik juga baju hingga kue keranjang atau lebih dikenal dengan dodol Cina.

Dan ada juga yang selalu kita temui saat menginjak Tahun Baru Imlek yaitu 'Hujan Di Pagi Hari'. Memang hampir selalu kita merasakan udara sejuk dingin di pagi hari khususnya di Indonesia dengan curahan hujan.

Baca Juga: Capai 29.818 Jumlah Kasus Positif Covid-19 di Bali Selama Pandemi Hingga Kamis 11 Februari 2021

Bagi sebagian besar orang mempercayai hal ini menjadi berkah kehidupan dengan harapan di sepanjang tahun ini rejeki akan turun mengucur seperti hujan. Semoga saja!

Memang menurut sejarah yang banyak ditulis, Imlek memang merupakan awal hari musim semi yang dirayakan oleh leluhur orang Tionghoa di China.

Baca Juga: Helena Lim Terima Vaksin Covid-19, Togar Situmorang: Jangan-jangan Ada 'Sesuatu'

Setelah berbulan-bulan diselimuti musim dingin dan tak dapat bercocok tanam, mereka bahagia saat musim semi tiba. Turunnya hujan pada tahun baru Imlek juga dimaknai sebagai berkah bagi warga Tionghoa.

Tapi ada penjelasan ilmiah kenapa tiap Imlek datang hujan mengguyur. Seperti yang dikutip indobalinews.com dari lama web resmi BMKG.go.id bahwa periode imlek terjadi antara bulan Januari-Februari.

Baca Juga: Kanker Lambung Awalnya Mirip Sakit Maag, Waspadai 6 Gejalanya

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sebagian besar wilayah Indonesia (96 persen dari 342 Zona Musim) saat ini telah memasuki musim hujan.

"Hal ini juga telah diprediksi sejak Agustus 2020 lalu, bahwa terkait dengan puncak musim hujan akan terjadi pada Januari - Februari 2021," demikian yang dijelaskan oleh Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto M.Si dalam siaran tertulisnya Rabu 10 Februari 2021.

Baca Juga: Anak Anda Pegang HP Terus? Ini Tips Agar Anak Aman di Dunia Internet

Ia juga mengatakan untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem sepekan ke depan yaitu dari tanggal 10-16 Februari 2021.

Ditambahkannya terkait dengan puncak musim hujan akan terjadi pada Januari - Februari 2021 di sebagian Sumatera bagian selatan, sebagian besar Jawa termasuk DKI Jakarta, sebagian Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan bagian selatan Papua.

Baca Juga: 2 WNA Bulgaria dan Malaysia Dalangi Gerombolan Skimming ATM Lintas Negara di Bali

"Berdasarkan kondisi tersebut, maka kewaspadaan akan potensi cuaca ekstrem harus terus ditingkatkan," imbuhnya.

 Analisis BMKG menunjukkan bahwa kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil dalam beberapa hari ke depan dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.

Baca Juga: Kisah Viral Pasangan Dokter Sultan, Punya 25 ART Salah Satunya Khusus Beli Galon

Hal ini disebabkan oleh munculnya pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Australia dan munculnya sirkulasi siklonik di sekitar wilayah utara Indonesia sehingga mempengaruhi pola arah dan kecepatan angin yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah Indonesia. Selain itu, kondisi labilitas atmosfer yang kuat di sebagian wilayah Indonesia dapat turut berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan awan hujan dalam skala lokal.

kaddBaca Juga: Rampok Bersenjata Pedang di SPBU Pelabuhan Benoa Bawa Kabur Uang Rp10 Juta

Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG memprakirakan dalam periode sepekan ke depan curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah di Indonesia dari Aceh hingga Papua, termasuk Bali.***

Editor: Shira Ade

Sumber: BMKG


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x