Hari kedua dimulai dengan paparan dr. Wulandari tentang positivity rates pada pemeriksaan rapid test antigen pada pasien bergejala. dr. Wulandari menyampaikan bahwa selama Januari-Juni 2022 terdapat lebih dari 92 ribu pengguna rapid test antigen dari 42 faskes di Kota Yogyakarta dan Denpasar.
Mayoritas tujuan pemeriksaan tersebut adalah untuk skrining. Selain itu, terdapat 18 faskes yang menyediakan data lebih dari 1.200 pasien bergejala acute respiratory infection (ARI)/ influenza-like-illness (ILI).
Dan pasien bergejala tersebut memiliki positivity rates yang tinggi saat dites menggunakan rapid test antigen.
Baca Juga: Mensos Bantu Bungkus Bungkus Nasi Padang Saat Membeli Untuk Korban Gempa Cianjur
Paparan selanjutnya dibawakan oleh Habibi Rohman Rosyad, S.Kep., M.Sc yang memaparkan tentang “Pengetahuan dan praktik penyedia layanan kesehatan dalam manajemen penggunaan rapid test antigen”.
Habibi menggarisbawahi bahwa pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan terkait pelaksanaan rapid test antigen masih perlu untuk ditingkatkan terutama dengan meningkatkan kualitas pelatihan.
Baca Juga: Pertamina Tunjukkan Komitmen Penggunaan Energi Ramah Lingkungan di Ajang Penyelenggaraan G20
Dukungan pendanaan untuk studi RAPID-INA diberikan dari The Foundation for Innovative New Diagnostics (FIND), aliansi global untuk diagnostik,
Dalam konteks peran mereka yang lebih luas dalam percepatan akses ke alat COVID-19 global Accelerator.
Pandangan yang diungkapkan oleh penulis dalam studi ini belum tentu mencerminkan pandangan dari lembaga pendanaan.