Mengenang dan Membaca Kembali Pemikiran Sutan Takdir Alisjahbana: Indonesia Butuh Polemik yang Sehat

- 22 Oktober 2021, 07:14 WIB
Sutan Takdir Alisjahbana (STA).
Sutan Takdir Alisjahbana (STA). /ensiklopedia.kemdikbud.go.id

INDOBALINEWS – Indonesia membutuhkan polemik yang sehat. Inilah hal penting yang dapat ditarik dari kegiatan  Sutan Takdir Alisjahbana (STA) Memorial Lecture.

Ketua Akademi Jakarta Seno Gumira Ajidarma mengatakan  STA memiliki pemikiran yang sangat menantang ketika polemik kebudayaan terjadi dalam tiga tahap yakni Agustus-Oktober 1935, April 1936, dan Juni 1939.

"Pemikiran yang menantang menyeruak dari kepala seorang pemuda berusia 27 tahun. Meski masih muda, tapi matang dalam keyakinan," tutur Seno, dikutip dari Antaranews, Jumat 22 Oktober 2021.

Baca Juga: Ubud Village Jazz Festival Kembali Digelar tahun 2021 secara Hybrid di Arma Museum

"STA dengan semangatnya yang tinggi melayani kritik yang datang dari tokoh-tokoh seperti Soetomo, Adinegoro, dan Ki Hajar Dewantara. Sudah umum diketahui bahwa perdebatan itu adalah perihal jalan yang harus dipilih oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemajuan," lanjutnya.

Akademi Jakarta bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jakarta menggelar kegiatan tersebut untuk mengenang dan membaca kembali pemikiran STA serta menularkan semangat sastrawan besar tersebut kepada generasi kini dan mendatang.

Seno pun menggambarkan suasana polemik antara STA di Betawi dan Soetomo di Surabaya.

Baca Juga: Meski Pandemi, Bali Masih jadi Pasar Menjanjikan untuk Industri Otomotif

Dia menyebut polemik yang terjadi antara kedua tokoh tersebut bukan semata-mata mencari kemenangan melainkan mencari kebenaran, yang kemudian dia sebut sebagai polemik yang sehat.

"Kita berada di tahun 2021 dan catatan tahun 1935 itu masih berlaku bahwa Indonesia membutuhkan polemik yang sehat," imbuhnya.

Kata dia Akademi Jakarta berkomitmen menyelenggarakan forum STA Memorial Lecture agar semangat dan pemikiran STA terus ada di Indonesia hingga masa depan.

"Akademi Jakarta akan terus menyediakan forum STA Memorial Lecture agar suara yang kritis dan menggugah, tajam dan membangun, cerdas dan menyadarkan, sesuai dengan semangat STA, tidak pernah absen dalam perjalanan bangsa hingga masa depan," katanya.

Baca Juga: Umroh Dibuka Lagi bagi Jemaah Indonesia, Pahami Persiapan yang Harus Dilakukan

Ia mengatakan memorial lecture atau kuliah kenangan ini tak hanya untuk mengenang dan menghormati STA tapi juga menghadirkan Prof. Musdah Mulia sebagai pembicara yang memiliki pemikiran segar tentang kebudayaan.

Musdah Mulia dipilih menjadi pembicara dalam STA Memorial Lecture tahun ini karena dinilai sebagai akademisi yang memiliki kapasitas dan kompetensi keilmuan yang sesuai dengan spirit dan pemikiran STA, serta dapat memantik penyegaran pemikiran kebudayaan bagi khalayak.***

 

Editor: M. Jagaddhita

Sumber: Antaranews


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x