Baca Juga: Ini Titik-Titik Rawan Kejahatan Jalanan di Bali Yang Dipantau Patroli Street Crime Gabungan
Baca Juga: Cupang di Leher Ungkap Perselingkuhan, Kakek 70 Tahun Ditebas Hingga Tewas
Memang sudah seharusnya, lanjut Nyoman Parta, Bulog sebagai badan penyangga pangan yang tentu saja berurusan dan berhadapan langsung dengan petani perlu didukung dari berbagai aspek, termasuk dukungan pendanaan yang memadai.
"Bulog itu selama ini membeli gabah petani dengan pinjaman komersial dari bank. Hasil dari pinjaman itu digunakan Bulog untuk membeli gabah para petani, digunakan untuk biaya perawatan atau menyimpan beras sekaligus menjaga stabilitas harga agar tidak terjadi kenaikan inflasi," tuturnya.
"Jadi sekali lagi sangat layak Bulog ini untuk dibantu dana talangan oleh pemerintah untuk menjaga CBP," tegas Nyoman Parta.
Baca Juga: Terjerat Pinjaman Online Mahasiswi Tewas Gantung Diri di Jendela Kamar Kos
Urusan pangan dalam hal ini beras, menurut dia, perlu ada sinergi antar kementerian dan lembaga terkait.
"Kementerian Pertanian harus segera melakukan pembenahan sektor pertanian terutama berkaitan dengan biaya produksi yang tinggi. Konon biaya produksi yang dikeluarkan petani kita lebih besar 2 kali lipat lebih dari biaya produksi petani di Vietnam dan Thailand," paparnya.
"Harga beras di negara itu rata-rata Rp5.500 sampai Rp6000. Karena biaya produksinya murah dan mereka lebih banyak menggunakan pupuk organik," lanjut Nyoman Parta.
Baca Juga: Bangun Pabrik Pakan, Pemkab Manggarai Barat Akan Gandeng Fakultas Peternakan Unud