Hasil Studi ANU: Komodo Bukan Hewan Asli dari Indonesia Tapi Australia

- 4 Maret 2021, 23:25 WIB
Presiden Jokowi saat mengunjungi Pulau Rinca dan meninjau langsung Komodo.
Presiden Jokowi saat mengunjungi Pulau Rinca dan meninjau langsung Komodo. /Tangkap layar YouTube/Sekretariat Presiden

INDOBALINEWS - Biawak purba Komodo, selama ini diyakini sebagai hewan asli yang berasal dari Indonesia.

Maklum varanus komodoensis hanya terdapat di Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Bahkan kebanyakan orang menyebut biawak spesies besar ini hanya ada di Pulau Komodo dan Pulau Rinca, Kabupaten Manggarai Barat, NTT.

Baca Juga: Labuan Bajo Destinasi Super Premium, Masyarakat Lokal Jangan Hanya Jadi Penonton

Namun hasil studi yang dilakukan oleh Australian National University (ANU) pada tahun 2020 lalu, secara garis besar menyebutkan bahwa kadal terbesar di dunia itu kemungkinan berasal dari Australia.

Temuan ini didapatkan dari hasil prediksi pada fosil yang sebelumnya telah ditemukan.

Dikutip Indobalinews dari miragenews.com, penulis utama studi ini Carlos Pavón Vázquez menyatakan bahwa di Australia ada hewan yang bernama biawak pasir.

Baca Juga: Pesta Miras di Karawang, Empat Orang Meninggal Dunia

Biawak pasir yang melakukan hibridasi (kawing silang), menurut dia, menjadi asal usul munculnya Komodo.

Hal ini dikuatkan dengan fakta bahwa Goanna (nenek moyang biawak pasir) hanya berada di Australia dan selatan Papua Nugini. Adapun komodo hanya ditemukan di beberapa pulau di Indonesia.

"Data kami memperlihatkan bahwa besar kemungkinan Komodo itu berasal dari Australia. Ia menyeberang dari Australia ke Indonesia sebelum benar-benar dinyatakan punah," jelas Carlos Pavón Vázquez.

Baca Juga: Virus Varian Baru B117 Sudah Masuk Indonesia, Ini Yang Harus Kita Ketahui

Disebutkan juga, efek kawin silang yang dilakukan oleh biawak pasir terjadi secara jangka panjang.

"Tanda-tanda ini masih terlihat dari hasil pemantauan kami terhadap fosil. Ia memiliki lebih banyak kesamaan dengan Komodo dibanding yang kamu harapkan," urainya.

Carlos Pavón Vázquez lalu membandingkan temuan ini dengan fosil yang ia temukan di Queensland, Australia. Fosil ini mengubah persepsi tentang Komodo yang berada dalam benak publik selama ini.

Baca Juga: Buruan Daftar! Gelombang 13 Kartu Prakerja Dibuka

Sebelumnya Komodo dipercaya sebagai contoh yang tepat untuk membahas fenomena 'aturan pulau' di mana hewan kecil berubah menjadi lebih besar ketika ke luar dari pulau tempat asalnya.

"Tetapi data yang kami buat menunjukan bahwa Komodo sudah berukuran besar ketika meninggalkan Australia," tegasnya.

Carlos Pavón Vázquez juga menggunakan berbagai jenis data untuk untuk mendeteksi hibridisasi. Ia menyebut, hal itu penting karena ketika terjadi jutaan tahun lalu sulit untuk dideteksi.

Baca Juga: Gubernur NTT Hanya Lantik Lima Bupati dan Wabup Terpilih, Apa Kabar Empat Pasangan Lain?

“Sekarang kita bisa tahu dengan melihat morfologi dan gen hewan itu,” tandas Carlos Pavón Vázquez.

Hasil studi ANU ini, memang belum banyak diperdebatkan. Namun Wikipedia, menjelaskan proses evolusi Komodo ini, yang konon berasal dari Asia.

Wikipedia menulis, perkembangan evolusi Komodo dimulai dengan marga Varanus, yang muncul di Asia sekitar 40 juta tahun lalu, yang kemudian bermigrasi ke Australia.

Baca Juga: Krisis Air Bersih di NTT, Pangdam IX Udayana dan Shopee Indonesia Komitmen Berikan Solusi

Sekitar 15 juta tahun lalu, pertemuan lempeng benua Australia dan Asia Tenggara memungkinkan para biawak bergerak menuju wilayah yang sekarang dikenal sebagai Nusantara.

Komodo diyakini berevolusi dari nenek-moyang Australia-nya pada sekitar 4 juta tahun lalu, dan menyebar ke timur hingga sejauh Timor.

Perubahan ketinggian permukaan laut semenjak zaman Es telah menyebabkan agihan Komodo berkurang dan sekarang hanya ditemui di beberapa pulau saja.

Baca Juga: Di Manggarai Barat, 5.520 Ekor Babi Mati Akibat Virus ASF

Terlepas dari itu, selama ini publik lebih banyak meyakini bahwa Komodo banyak ditemukan di Pulau Komodo dan Pulau Rinca, Manggarai Barat. Bahkan oleh penduduk asli Pulau Komodo, biawak raksasa ini disebut dengan nama Ora.

Komodo memiliki rata-rata panjang 2-3 meter. Komodo liar dewasa biasanya memiliki berat sekitar 70 kg.

Spesimen liar terbesar yang pernah ditemukan panjangnya mencapai 3,13 meter dengan berat sekitar 166 kg, termasuk berat makanan yang belum dicerna di dalam perutnya.

Baca Juga: Presiden Jokowi Cabut Perpres Investasi Miras

Komodo mampu melihat hingga sejauh 300 m. Namun karena retinanya hanya memiliki sel kerucut, hewan ini tidak dapat melihat dengan baik di kegelapan malam.

Komodo menggunakan lidahnya untuk mencium bau mangsa, seperti halnya sebagian besar Squamata. Lidah Komodo menangkap partikel bau di udara lalu menaruhnya ke organ di langit-langit mulutnya yang disebut organ Jacobson yang berfungsi untuk menganalisis tanda-tanda dari bau tersebut.

Dengan bantuan angin dan kebiasaannya menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, Komodo dapat mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4—9.5 km.

Halaman:

Editor: M Susanto Edison

Sumber: Mirage News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x