Muhammadiyah Ingatkan Elit Nasional Jangan Hanya Menjadikan Pancasila sebagai Jargon dan Retorika

- 1 Juni 2021, 09:07 WIB
Ilustrasi Pancasila
Ilustrasi Pancasila /Muhammadiyah.or.id


INDOBALINEWS - Para elit atau tokoh nasional diingatkan agar Pancasila yang didengungkan di ruang publik jangan hanya berhenti sebatas jargon dan retorika.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan hal itu dalam merefleksikan peringatan Hari Lahirnya Pancasila yang diperingati oleh Bangsa Indonesia setiap tanggal 1 Juni.

Dia memandang, mementum peringatan Hari Lahir Pancasila untuk kembali melakukan checklit pelaksanaan Pancasila.
 
Baca Juga: Pembangunan Infrastruktur Pegunungan Bintang Solusi dari Kesenjangan Papua dan Masyarakat Luar

"Karenanya penting diverifikasi atau bikin checklist apa setiap sila Pancasila sebagai satu kesatuan sudah dijalankan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," ujar Haedar dalam akun pribadi twitter @HaedarNs, Selasa 1 Juni 2021.

Termasuk oleh para elite, kata Haedar yang selama ini selalu menyuarakan dan menslogankan Pancasila di ruang publik.

Dia lanjut mempertanyakan kembali kepada diri kepada para elit bangsa, apakah Sudah Ber-Pancasila-di bumi nyata dalam sikap dan tindakan serta mengambil kebijakan berbangsa bernegara.

Baca Juga: Kalina Ocktaranny: Ada Saat Seseorang Lelah Berharap dan Tak Mampu Menahan Kesabaran

"Dengan demikian Pancasila betul-betul dibuktikan dalam kehidupan nyata, bukan menjadi jargon dan retorika!," tandasnya lagi.

Dia melanjutkan, para elite dan warga bangsa dituntut benar-benar mempraktikkan Pancasila sebagai dasar ideologis dalam kenyataan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Artinya segenap elite dan warganegara Indonesia semakin Berketuhanan Yang Maha Esa, Berperikemanusiaan yang adil dan beradab.

Baca Juga: Rakyat Sudah Capek, Dr Tirta Minta Jangan Lagi Menakut Nakuti soal Covid-19

Berpersatuan Indonesia, Berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesi. Kata "ber" menunjukkan kata kerja, artinya Pancasila dijadikan praktik nyata dalam berbangsa dan bernegara.

"Kalau kehidupan kebangsaan jauh dari ketuhanan sebagaimana menjadi praktik hidup beragama di tubuh bangsa ini, apalagi sampai alergi agama dan anti ketuhanan," tukas dia.

Bila masih terdapat kekerasan, penindasan, serta kondisi ketidakmanusiawian, ketidakadilan, dan tidak berkeadaban.
Haedar Nashir

Baca Juga: Magawati Peringatkan Kader yang Menolak Menjadi Petugas Partai Harus Mengundurkan Diri

Jika kehidupan bersama dalam kebangsaan centang perenang,  kehidupan antar elite dan warga terpecah belah, juga antar daerah dan suku bangsa. Jika kehidupan politik dan demokrasi menjadi makin liberal dan tidak menjunjungtinggi permusyawaratan dan perwakilan.

Bila kesenjangan sosial-ekonomi kian lebar dan tajam, korupsi merajalela, sementara segelintir pihak kecil menguasai ekonomi dan kekayaan Indonesia.

"Terkandung makna Pancasila masih belum dijalankan atau dipraktikkan secara nyata dan konsisten," Haedar menambahkan.

Baca Juga: Dituduh Gelapkan Donasi Palestina, Ustaz Adi Hidayat Siapkan Langkah Hukum

Karenanya semua pihak, lebih-lebih para elite negara dan politik, mesti merenungkan dan melakukan check-list yang akurat apakah sudah mempraktikkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. ***

Editor: R. Aulia

Sumber: Twitter


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x