Sejak Selasa (14/11), 200 pengungsi Rohingya tiba di Pantai Kulee, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie. Sehari kemudian satu kapal yang mengangkut 174 pengungsi Rohingya tiba di Kecamatan Batee, Pidie.
Dilansir dari Jurnal Ilmiah Kajian Keimigrasian Vol. 6 No. 1 Tahun 2023 tentang Etnis Rohingya adalah minoritas Islam di Myanmar dan minoritas terisolasi di Myanmar.
Baca Juga: Liga 1: Persik Kediri vs Dewa United, Macan Putih Intip Peluang Dekati 4 Besar Klasemen
Di Negara Bagian Rakhine telah berada di Myanmar sejak abad ke-8, bahkan sebelum Inggris berkuasa di Negara Bagian Rakhine dan Burma antara tahun 1824 dan 1948. Keberadaan Burma di Negara Bagian Rakhine sekitar tahun 1870 menyebabkan gesekan antara Rohingya dan kelompok etnis lain di Negara Bagian Rakhine yang berujung pada konflik Rohingya. Berlanjut hingga tahun 20-an dan 30-an, ketika ekonomi mengalami resesi, hingga penduduk Burma menargetkan Rohingya dan memaksa sebagian dari mereka meninggalkan wilayah.
Sebagian pengungsi Rohingya mengungsi ke negara terdekat seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand. Sementara Rohingya ke Indonesia mendapat penanganan oleh pemerintah Indonesia dengan mendorong pemerintah Myanmar untuk mempertimbangkan dialog sebagai salah satu opsi untuk menyelesaikan konflik tersebut.
Baca Juga: Resmi! Kini Bandara Ngurah Rai Layani Penerbangan Langsung dari India
Keputusan menerima pengungsi Rohingya adalah langkah yang dilematis dan memiliki dua mata sisi pisau bagi Indonesia terkhusus Masyarakat Aceh.
Di satu sisi yang dipertaruhkan adalah rasa kemanusiaan rakyat Indonesia dalam menolong sesama manusia.
Namun di sisi lain, apakah Indonesia, khususnya Pemerintah Provinsi Aceh memiliki sumber daya yang cukup untuk menghidupi mereka di tengah tingkat kemiskinan di Aceh yang tinggi - urutan pertama termiskin di Sumatra dan urutan keenam secara nasional.