Pandemi Membuat Banyak Kehilangan, Uskup Ruteng: Jangan Kehilangan Harapan

- 16 Maret 2021, 23:42 WIB
Uskup Ruteng Mgr Siprianus Hormat.
Uskup Ruteng Mgr Siprianus Hormat. /Indobalinews/Dok Itho Umar

INDOBALINEWS - Pandemi Covid-19 yang melanda dunia selama setahun belakangan telah membawa dampak luar biasa di berbagai sektor. Ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan sektor lainnya semua terpuruk.

Kondisi ini mendapat perhatian khusus dari Uskup Ruteng Mgr Siprianus Hormat. Bahkan di bagian awal Surat Gembala Prapaskah/ Paskah 2021, Uskup Ruteng secara khusus menyinggung soal kehancuran ekonomi hingga banyaknya kehilangan akibat wabah virus corona ini.

"Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa," tulis Uskup Mgr Siprianus Hormat, mengutip Surat Rasul Paulus (Rom 12:12), membuka Surat Gembala tertanggal 16 Maret 2021 yang ditujukan kepada para imam, biarawan, biarawati, dan umat Katolik Keuskupan Ruteng (Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur, Provinsi NTT) itu.

Baca Juga: Paskah 2021, Ritus Pembasuhan Kaki dan Cium Salib Ditiadakan

Baca Juga: Pandemi Covid-19, Banyak Gadis di Asia Tenggara Putus Sekolah dan Menikah Dini

Menurut Uskup Ruteng, sukacita pengharapan yang disenandungkan Rasul Paulus dalam surat gembalanya kepada umat di Kota Roma ini sangat tepat menjawab situasi umat yang saat ini sedang menjalani masa Prapaskah dalam suasana Pandemi Covid-19.

"Dalam 'kesesakan' akibat pembatasan sosial, dalam penderitaan akibat kehilangan pekerjaan dan kehancuran ekonomi, dalam kematian orang yang dikasihi akibat virus ganas ini, kita diajak untuk tidak kehilangan asa," ajak Mgr Siprianus Hormat.

Masa Prapaskah, imbuhnya, adalah saat yang istimewa untuk kembali membingkai harapan dalam pribadi Yesus, sang Penebus.

Uskup Ruteng pun mengutip ajakan Paus Fransiskus melalui Surat Gembala Prapaskah Tahun 2021, untuk menatap masa depan yang telah tersingkap oleh belas kasihan Tuhan dalam diri Yesus.

Baca Juga: Gaduh Wacana Presiden Tiga Periode, Jokowi: Saya Tidak Berminat

Baca Juga: Antara Betrand Peto, Anneth dan Alifa Dibumbui Kisah Cinta Segitiga Ala Film Kuch Kuch Hota Hai?

"Berharap bersama Dia dan oleh karena Dia berarti percaya bahwa sejarah tidak berakhir dengan penderitaan, kesalahan, kekerasan, dan ketidakadilan, atau dosa yang menyalibkan Sang Kasih."

Prapaskah, lanjut Mgr Siprianus Hormat, adalah "masa harapan, saat kita berpaling kembali kepada Allah yang dengan sabar terus memelihara ciptaan-Nya yang selama ini sering kita perlakukan tidak benar".

Dalam terang harapan itu, Prapaskah ditandai oleh pembaharuan diri. Betapa perlu umat manusia 'didamaikan dengan Allah', yang secara khusus dialami dalam sakramen tobat, jalan salib, renungan pribadi dan doa.

"Kita senantiasa perlu merefleksikan, apakah hidup saya selama ini sungguh telah berpusat pada Allah ataukah terikat pada hal-hal duniawi yang rapuh? Sejauh manakah hubungan saya dengan Allah dalam perayaan Sakramen dan ibadat betul bertolak dari kerinduan personal (hati) yang mendalam, dan bukannya sekadar kewajiban agama dan upacara ritual belaka?" ujar Mgr Siprianus Hormat.

Baca Juga: Ronaldo Pecahkan Rekor, Pele Ucapkan Selamat

Berdamai dengan Allah, menurut dia, berimplikasi pada pembaruan relasi dengan sesama. Pengalaman belas kasih Allah mendorong manusia untuk membagi kasih Allah secara nyata bagi sesama.

Kasih itu tidak abstrak, tetapi konkret. Manusia mesti melakukan segala kegiatan yang konkret sehari-hari dalam kasih.

Kasih yang konkret itu terlibat secara nyata dalam suka duka hidup sesama, terutama yang menderita dan berkesusahan.

"Paus Fransiskus berkata, 'Kasih menderita ketika orang lain menderita, kesepian, sakit, tanpa tempat tinggal, dihina atau membutuhkan. Kasih adalah lompatan hati; ia membawa kita ke luar dari diri sendiri dan menciptakan ikatan berbagi dan persekutuan. Kasih sosial ini yang memungkinkan kita maju menuju peradaban kasih, mampu membangun dunia baru," tutur Mgr Siprianus Hormat.

Dikatakan, peradaban kasih demi membangun dunia baru tentu tidak boleh "suam-suam kuku" dan mengalir rutin saja. Namun harus profesional dan radikal.

Baca Juga: Unik, Dua Pulau di Korea Selatan Ini Disulap Jadi Serba Ungu

Uskup Ruteng lalu merujuk Ensiklik Deus Caritas est, di mana Paus Benediktus XVI menegaskan pentingnya pengelolaan dan pengorganisasian pelayanan kasih yang tepat dan berdaya guna.

Perlu memperbarui tata layanan pastoral sehingga semakin efektif dan efisien untuk mengungkapkan kasih Allah yang telah disalibkan demi keselamatan dunia.

"Hal senada dinyatakan Paus Fransiskus dalam Surat Apostolik Evangelii Gaudium, agar Gereja 'memperbarui segalanya, sehingga kebiasaan-kebiasaan, cara-cara, agenda-agenda, bahasa dan setiap struktur Gereja menjadi sebuah kanal yang mengalirkan kasih ilahi'," ucapnya.

Baca Juga: Hari Raya Nyepi, Menteri Agama: Muliakan Alam, Maka Alam Memuliakan Kita

Di bagian akhir suratnya, Mgr Siprianus Hormat kembali mengajak agar dalam situasi sulit pandemi Covid-19, umat bersama-sama tekun membingkai harapan dengan mempraktikkan lima M, yakni mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan membatasi mobilisasi dan interaksi.

Uskup Ruteng juga mengajak umat untuk mendukung program vaksinasi Covid-19 yang sedang dilaksanakan pemerintah.

"Mari kita terlibat aktif dalam mendukung program vaksin Covid-19 pemerintah, demi masa depan yang baru. 'Jangan takut!' (Mat 29:9). Pesan Kristus yang bangkit ini menggelorakan sukacita pengharapan kita: kehidupan mengalahkan kematian, terang menghalau kegelapan, solidaritas membungkam egoisme, kasih meresapi segalanya. Selamat Pesta Paskah 2021. Halleluya!" pungkas Mgr Siprianus Hormat.***

Editor: M Susanto Edison


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x