Sejarah 6 Gempa Besar Merusak di Jawa Dalam 30 Tahun Terakhir

- 13 April 2021, 12:31 WIB
ilustrasi gempa bumi.
ilustrasi gempa bumi. /pixabay /Tumise

INDOBALINEWS - Gempa di selatan Jawa Timut pada Sabtu 10 April 2021 dengan kekuatan Magnitudo 6.1 yang mengakibatkan sedikitnya tujuh orang meninggal dunia dan delapan orang luka-luka serta kerusakan ringan-berat merupakan deratan gempa besar yang pernah melanda Pulau Jawa.

Dari catatan sejarah gempa Jawa yang dianalisis para peneliti BMKG  ada beberapa gempa besar dalam kurun waktu 30 tahun terakhir dengan kekuatan di atas Magnitudo 6 dengan kerusakan berat selama ini.

Seperti yang dikutip indobalinews.com dari laman resmi bmkg.go.id yang dirilis bersamaan dengan analisis sejumlah peneliti BMKG pada gempa bumi selatan Jawa Timur pada Senin 12 April 2021.

"Peristiwa gempa bumi adalah keniscayaan di Indonesia karena wilayah Indonesia terletak di antara 3 lempeng utama dunia, yang penting dan harus dibangun adalah mitigasi, kesiapsiagaan, kapasitas stakeholder, dan masyarakatnya, maupun infrastruktur untuk menghadapi gempa yang mungkin terjadi," demikian dikatakan sejumlah peneliti.

Baca Juga: Ajang MotoGP Ditunda, Persiapan Sirkuit Mandalika Lombok NTB Jalan Terus

Baca Juga: Residivis Curanmor di Lumajang Jatim, Tertangkap Saat Mencuri HP di Bali

Tercatat dalam sejarah gempa bumi sejak tahun 1990-2020, enam gempa dengan kekuatan M>6.0 yang menyebabkan kerusakan dan menimbulkan korban jiwa.

Dari berbagai referensi tercatat gempa dan tsunami Jawa Timur (M 7.8) tanggal 2 Juni 1994,  gempa dan tsunami Pangandaran (M 7.7) tanggal 17 Juli 2006,  gempa Tasikmalaya (M 7.0) tanggal 2 September 2009,   gempa Tasikmalaya (M 6.9) tanggal 15 Desember 2017 dan gempa Lebak (M 6.1) tanggal 23 Januari 2018 serta gempa Banten (M 6.9) tanggal 2 Agustus 2019.

Untuk gempa di selatan Jawa Timur beberapa hari lalu, berdasakan data BMKG diketahui gempa Malang pada Sabtu 10 April 2021 pukul 14.00.16 WIB memiliki kekuatan M 6.1 yang berlokasi pada koordinat 8.83o LS dan 112.5o BT dan kedalaman 80 km.

Baca Juga: Kehabisan Uang Selama Pandemi, Bule Uzbekistan Jadi PSK di Bali

Baca Juga: Menko PKM : Kondisi Darurat Pandemi, Salat Tarawih di Masjid Tidak Terlalu Panjang

Secara spasial terlihat bahwa gempa merusak yang pernah terjadi seolah-olah semuanya berlokasi di zona megathrust. Namun dari potongan melintang menunjukkan bahwa hanya beberapa gempa merusak saja yang posisinya di zona megathrust (misalnya: M 7.8, tahun 1994 dan M 7.7, tahun 2006).

Namun yang lainnya berlokasi di intraslab oceanic Indo-Australia yang menunjam di bawah lempeng Eurasia (misalnya: M 6.9, tahun 2019). Dianalisis juga mekanisme sumber gempa yang tejadi pada tanggal 10 April 2021 (M 6.1) memiliki pensesaran oblique dominan naik dan termasuk gempa intra-plate, yaitu lokasi gempa terjadi pada Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Eurasia.

Baca Juga: Terjadi Lagi WNA Bunuh Diri di Bali, Diduga Depresi Jerat Leher Pakai Kain Batik

Gempa-gempa di intra-slab oceanic dengan kedalaman cukup dalam seperti ini biasanya ‘miskin’ gempa susulan, seperti halnya gempa M 6.9 (15 Desember 2017) yang terjadi pada kedalaman 101 km di bawah Tasikmalaya. Hingga Senin 12 April 2021 tercatat hanya tercatat 9 gempa susulan akibat gempa M 6.1 (10 April 2021) tersebut dengan magnitudo berkisar M 2.8-M 5.5.

"Upaya edukasi mitigasi harus ditingkatkan untuk masyarakat yang tinggal berdekatan dengan wilayah sumber gempa, utamanya adalah mitigasi struktural yaitu membangun bangunan dengan struktur yang tahan gempa bumi," demikian yang juga ditegaskan dalam analisis peneliti BMKG.

Baca Juga: Kisah Viral Pasangan Dokter Sultan, Punya 25 ART Salah Satunya Khusus Beli Galon

Lebih lanjut dikatakan juga dengan mewujudkan mitigasi struktural maka kita dapat meminimalkan jatuhnya korban jiwa, sehingga kita tetap hidup aman dan nyaman meski di daerah rawan gempa. ***

Editor: Shira Ade

Sumber: bmkg.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x