Jelang Bulan Puasa Harga Bahan Pokok Dijaga Tetap Stabil, Komitmen TPID Bali

8 April 2021, 09:08 WIB
Para peserta High Level Meeting (HLM) TPID yang berlangsung di Ruang Rapat Gedung Gajah dipimpin oleh Gubenur Bali, Dr. Ir. Wayan Koster, MM Ketua TPID Provinsi Bali dan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho Wakil Ketua TPID Provinsi Bali. /Dok Humas BI Bali

INDOBALINEWS - Menjelang dimulainya Bulan Puasa yang jatuh beberapa hari kedepan, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali berkomitmen untuk menjaga kestabilan harga dan ketersediasn stok bahan pokok.

Hal ini terungkap saat pelaksanaan High Level Meeting (HLM) TPID yang berlangsung di Ruang Rapat Gedung Gajah dipimpin langsung oleh Gubenur Bali, Dr. Ir. Wayan Koster, MM. selaku Ketua TPID Provinsi Bali dan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho selaku Wakil Ketua TPID Provinsi Bali.

Rapat diikuti oleh seluruh Kepala Daerah Kota dan Kabupaten se-Provinsi Bali, serta seluruh anggota TPID Provinsi Bali.

Baca Juga: Terjadi Lagi WNA Bunuh Diri di Bali, Diduga Depresi Jerat Leher Pakai Kain Batik

Baca Juga: Bertambah Lagi 210 Kasus Positif Covid-19 di Bali Hari Ini, Update Rabu 7 April 2021

Dalam pemaparannya Trisno Nugroho mengatakan dalam rangka menyambut Hari Raya Galungan dan Kuningan pada bulan April 2021, Bank Indonesia menekankan tiga komoditas yang perlu diperhatikan yaitu cabai merah, cabai rawit dan canang sari.

"Sementara untuk menyambut periode puasa dan Lebaran, harga komoditas cabai rawit, telur ayam ras, bawang merah, tongkol diawetkan dan cabai merah patut diantisipasi," ujar Trisno Nugroho seperti yang dikutip indobalinews.com.

Secara historis, seluruh komoditas tersebut sering mengalami kenaikan harga pada hari raya Galungan, Kuningan dan Lebaran selama tiga tahun terakhir.

Baca Juga: Lidah Buaya Bisa Bikin Buah Potong Lebih Awet Hingga 9 Hari, Ini Hasil Penelitiannya

Baca Juga: Sandiaga Uno : Jadi Entrepreneur Perlu 3 Nilai Utama, Cek Apa Saja

Bank Indonesia juga mengingatkan adanya potensi kenaikan inflasi Provinsi Bali tahun ini dibanding tahun sebelumnya yang didorong oleh beberapa faktor.

Diantaranya: (1) meningkatnya aktivitas pariwisata pasca COVID-19, (2) peningkatan daya beli masyarakat, (3) normalisasi harga tiket angkutan udara, (4) peningkatan cukai rokok, dan (5) kenaikan biaya sekolah.

Untuk itu, Bank Indonesia merekomendasikan sejumlah kebijakan pengendalian inflasi di Provinsi Bali, yaitu:

Baca Juga: Lama Pisah Ranjang, Isteri Temukan Suami Tewas di Atas Kasur dengan Kondisi Mencurigakan

(1) pembentukan BUMD pangan untuk meningkatkan serapan produksi pertanian dan meningkatkan kualitas produk lokal,.

(2) Memperluas cakupan pasar yang disurvei dalam rangka melengkapi data harga bahan pangan di SIGAPURA.

(3) mendorong perluasan penggunaan CAS (Controlled Atmosphere Storage) sebagai tempat penyimpanan surplus produksi,

(4) menjalin kerja sama perdagangan antar daerah, baik intra provinsi, maupun antar provinsi,

(5) pemanfaatan aplikasi digital untuk mendorong kenaikan hasil produksi dan kelancara distribusi, dan (6) edukasi kepada masyarakat untuk belanja bijak dan pemanfaatan pekarangan untuk penanaman komoditas bahan pangan.

Baca Juga: Tak Kuat Menahan Derita Lewati Pandemi di Bali, Guide Jepang Gantung Diri

Menanggapi materi yang dipaparkan oleh Bank Indonesia, Gubernur Bali menyambut baik masukan yang disampaikan. Gubernur Bali menambahkan bahwa secara umum Provinsi Bali mengalami surplus delapan komoditas bahan pangan.

Termasuk beras, bawang merah, cabai besar, cabai rawit, daging sapi, daging ayam, telur ayam, dan daging babi.

Artinya, produksi bahan pangan di Provinsi Bali mampu memenuhi kebutuhan seluruh penduduk Bali. Namun demikian, Provinsi Bali masih mengalami defisit untuk komoditas bawang putih.***

Editor: Shira Ade

Tags

Terkini

Terpopuler